» » Mesjid Peninggalan Sultan Iskandar Muda

Mesjid Peninggalan Sultan Iskandar Muda

Penulis By on Kamis, 28 September 2017 | No comments

Mesjid Poe Teumeuruhom, Samalanga Bireun.

LANTAI masjid memang masih berupa semen kasar, puluhan tiang bulat besar berdiri megah walaupun belum dicat, rangkaian tangga besi terletak di bagian tengah masjid karena atap kubah masjid tersebut sedang diperbaiki.
Belasan sajadah terlihat diletakkan para santri di lantai mesjid, puluhan Al Quran juga terlihat berada di dalam masjid walaupun masjid tersebut renovasi belum rampung . Belasan santri hilir mudik masuk ke masjid melaksanakan shalat Azhar dan ada yang duduk membaca kitab.
Sedangkan halaman depan terdapat satu tenda besar, tenda tersebut adalah kegiatan Musabaqah TilawatilQuran (MTQ) antar santri dayah yang dilaksanakanmulai 24 September sampai 30 September bertempat di halaman masjid, itulah sekilas masjid Poe Teumeureuhom, Samalanga Bireuen.
Mesjid megah dua lantaitersebut berdiri dan berada di komplek Dayah Ma‘hadal Ulum Diniyyah Islamiyyah (MUDI) Mesra Samalanga, Bireuen tepatnya di Desa Mideun Jok, Samalanga, Bireuen menjadi mesjid kebanggaan masyarakat Samalangamaupun Aceh. Melihat ke atas kubah seorang pekerja sedangmerapikan atap kubah, empat pekerja lainnya juga sedang dekat kubah masjid yang ambruk saat gempa akhir Desember 2016 lalu.
Halaman samping sebelah utara terdapat asrama santri laki-laki dua lantai, sedangkan sebelah selatan terdapat beberapa tempat pengambilan wudhuk dan balai pengajian. Sedangkan bagian belakang atau sebelah barat juga terdapat asrama santri dayah tersebut. Menilik sejarah dan kapan mulai dibangunnyamesjid itu penelusuran Serambi berdasarkan catatan Kanwil Kemenag Aceh pada webset profil masjid di Aceh, masjid tersebut dibangun tahun 1620 semasa pemerintahan Aceh dipegang Sultan Iskandarmuda.
Waktu itu kata Tgk Nuruzzahriatau lebih dikenal dengan panggilan Waled NU, keterangan dari orang tua dan kakeknya dan sejumlah tokoh di Samalanga yang sempat didengarnya, waktu itu Sultan Iskandarmuda datang ke Samalanga. Dalam suatu kunjungan kerja dicetus dan langsung dimulai membangun satu masjid besar di Mideun Jok. Setelah masjid dibangun diberi nama masjid Poe Teumeureuhom, maka informasi terus berkembang ke sentero Aceh.
Jamaah masjid waktu itukata Waled Nu adalah masyarakat yang bertempat tinggal mulai dari Bugeng Peudada sampai ke Ulim, sekarang wilayah Pidie Jaya.“Waktu itu hanya masjid Poe Teumeureuhom baru ada di Samalanga, maka seluruh masyarakat Aceh mulai dari Peudada sampai Ulim pergi untuk shalat Jumat kemasjid Poe Teumeureuhom Samalanga,’ ujarnya.
Para jamaah masjid mulaiberangkat pada Kamis pagi umumnya pergi jalan kaki kemudian malamnya ditampung di rumah-rumah warga kawasan Desa MideunJok. Masjid yang dibangun waktu itu ukuran besar dan terdapat sejumlah kubah dan ia tidak ingat betul berapa jumlah kubah saat pertama dibangun.
Waled Nu yang sekarang menjadi raja imum (imum Syik) masjid tersebut menambahkan, bila tidak salah nama imum syik atau pengurus masjid yang masih diingatnyaantara lain orang tuanya sendiri almarhum Tgk Haji Yahya Ali, kemudian Tgk Hanafiah pernah menjadi raja imum, Tgk H Jamaluddin Hanafiah dansejumlah tokoh lainnya baik sebagai imam masjid maupun panitia pembangunan masjid. Masjid besar tersebut kemudian dilakukan renovasi pada tahun 1970.
“Waktu itu saya masih kecil, orang tua sebagai imumsyik, masjid kemudian diperbaiki kembali,” ujarnya. Setelah direhab pada tahun 1970 kemudian direhablagi pada tahun 2.000 lalu dan saat terjadi gempa PidieJaya, kubah yang sedang dikerjakan ambruk lagi. Sekarang sedang dilakukanperbaikan kubah dilakukan Panglima TNI Jenderfal TNI Gatot Nurmantyo.
Untukmemastikan kapan tepatnya masjid itu dibangun kataWaled Nu harus ditelusuri dan menjumpai para tokoh masyarakat Samalanga. Jelasnya, mesjid tersebut dibangun semasa pemerintahanAceh dibawah pimpinan Sultan Iskandarmuda.Luas masjid 30 x 36 meter awalnya satu lantai sekarang kontruksi dua lantai.
Disekeliling masjid terdapatbalai pengajian, asrama santri dayah Mudi Mesra serta disampingnya perkantoran Mudi Mesra. Seorang unsur pimpinan Dayah Mudi Mesra yang juga Rektor Institut Agama Islam(IAI) Al Aziziyah Samalanga, DR Tgk Muntasir kepada Serambi mengatakan, masjid Poe Teumeureuhom dan sejumlahpesantren di sekeliling masjid sudah menyatu karena pendirian masjid dan dayah Mudi Mesra bersamaan oleh Sultan Iskandarmuda waktu itu.Sejak didirikan sudah beberapa kali dilakukan perbaikan, perluasan dan saat ini sedang pemasangan atap kubah masjid.
Jamaah masjidadalah para santri Mudi Mesra, santri pesantren Ummul Ayman, kemudian masyarakat kemukiman masjid Raya Samalanga. Setiap hari Jumat, masjid maupun halaman masjidbahkan sampai ke jalan menjadi tempat shalat para Jamaah Jumat. “Santri Mudi ada sekitar 3.000 orang, santri Ummul Ayman juga demikian ditambah guru, unsur dayah,keluarga santri dan masyarakat kemukiman Masjid Raya itu adalah jamaah masjid tersebut,” ujarnya. Selain itu, dimasjid juga berlangsung pengajian lima waktu para santridan berbagai kegiatan keagamaan bertempat di dalam masjid.(yusmandin idris)

sumber: Serambi Indonesia
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya